didalam suara kepala mu, Indonesia
intagram, line, twitter: adofernando

12/29/10

Kembang Api


kau begitu indah hingga disebut kembang
dan kau begitu menyala hingga disebut api

aku turut berduka cita
saat kau dibakar di atas sana
seakan menggapai surga, tapi
kau malah terpecah pecah bagai garam
serpihan tubuhmu jatuh
ya, mati

aku tau sakitmu
engkau berteriak saat mencapai puncak
dan menyadari bahwa kami pengkhianat
patas saja kau menghujat

apa rasanya?
terbang tanpa alamat
bebas sesaat, indah sesaat
kuharap engkau beristirahat
walau engkau tak sempat
menggapai surga

kau meregangkan jemari jemarimu
yang berjari duabelas
atau itu sayapmu?
kembang api

Pohon Natal

Ia
Yesus
Kristus
ti
ga o
rang bi
jak meng
unjungi ke
la
hira
n San
g Raja so
rga dan dunia
ya
ng ma
ti di ka
yu salib de
mi dosa manus
ia
sala
h kah
Ia? dengan dara
h
n
y
a
?

Hentakan Nada Malam Rabu


gaun gaun merah
dalam cerita berdarah
dilagukan dalam tempo tempo sepatu hitam
yang mengetuk bumi seperti pintu berpita

kami tetap menari
seperti burung merpati yang hendak mati
lekuk lekuk tubuh seribu pengantin
kisah kisah wajah yang terlukis miris

atau dipajang disini
sekedar pemuas mata yang lewat
sekedar percikan darah dalam sakit
sekedar daun pada hutan

seperti kamu kami dulu bernafas
hingga ditaruh di atas lemari kayu
menari hingga layu dan berdebu
tetapi kami masih mendengar hentakan nada malam rabu
sebelum kami menjadi hantu

12/28/10

Dari: Joker Untuk: Istrinya


cinta aku pergi dulu
mengacak ngacak dunia untuk dirimu
jika aku tak ketuk pintu itu
berarti aku tlah mati

dunia takkan mengerti bahasa kita
karna kita bukan manusia
walaupun bukan Tuhan

buah buah pena ini airmataku cinta
kuharap kau rindukan aku disana

janganlah menangis cinta
tutupilah airmatamu dengan seberkas bedak
berdandanlah malam ini sayang
jika nanti aku pulang

12/27/10

Ibu aku membawa sebungkus bintang tuk hiasan kamarmu
agar kau tak bosan memandangi lukisan lukisan tua
yang kau lukis beberapa tahun lalu

Ibu, ini aku bawakan Al-Quran
Untuk menghantarmu pada surga
yang kau taruh di telapak kakimu

Ibu aku merindukanmu
Walau kau tidur berbatas tembok
Aku ingin tidur dalam pangkuanmu
Dalam ceritamu, malin kundang
Dalam nyanyian malammu mengadah di angkasa
Yang hantarkan aku ke dunia mimpi

Aku tau kau ada disana
Menyulam cinta untukku dan adikku
Menyusun puisi puisi kecil dalam tidurmu

Ibu aku membawa sebungkus bintang tuk hiasan kamarmu
agar kau tak bosan memandangi lukisan lukisan tua
yang kau lukis beberapa tahun lalu

12/25/10

Wanita Pemuja Mentari



Seberkas cahaya yang mencabik kulitku
Ya, engkau lubang surga di tengah cakrawala
Seperti yang lain mereka mempunyai surga
Entah batu, entah udara…

Setiap malam kau putar tuas rembulan agar membayangi kami
Setiap malam kau suarakan suara suaramu
Keras dalam keheningan duabelas malam
Saat kau berada tepat di telapak kaki ku

Aku telah mencoba pindahkan bayangan bayangan itu
Tak terpikirkan bahwa kau yang menggerakkannya
Seperti wayang yang dinyanyikan malam suro
yang kulitnya berteriak hingga manusia tertawa
tapi sang dalang menangis dalam pernanan

Fajar,
Tubuhmu bergelantungan diantara dua dunia
Hingga kau berputar menyinari kerumunan semut
Dan menunggu mautmu sendiri

12/16/10

Perisai Sang Garuda

Secercah Ya’Sin telah diucapkan
Di ruang tamu anak anak api berdiri tegak
Mereka melirik ke arah airmata mereka
Isak isak tangis yang sembunyikan dalam dada tetap terdengar
Para jas hijau pun menangisi saudara
Bukan dalam darah, tapi dalam ikatan

Wajahnya menyimpan senyum
Ia terbaring di balut kain putih dan tersenyum
Masih sama seperti duabelas tahun yang lalu
Anak tengil yang berlari bersama kami

Kami jatuhkan raja bersama
Menarik lututnya hingga mencium tanah rata
Kami tundukan singa bersama
“kami” takkan pernah mati

Ia tak pernah suka warna hitam
Bahkan pada saat kematiannya
Ia tak pernah pergi, hanya menjauh
“ Sahabatku mati tertembak , mereka merenggutnya!”
Pertempuran kericuhan dalam butir ideologi manusia
Kamu jangkrik!!
Siapa lagi yang dekat di hati dan berani berteriak malam malam
Merengek rengek akan kehidupan yang telah berlalu
Hanya membuat lubang di hati semakin lebar

Kami manusia, campuran dua dunia ekstrim
Bukan antara baik dan buruk
Kala pikiran dan dunia luar yang ganas

Seandai aku mati besok
Entah apa yang aku perbuat
Bertobat atau memuaskan diri
Tapi aku kan mengatakan cinta padanya

Mungkin aku kan tertawa berkata cinta
Kana tawa adalah topeng terbaik yang ku miliki
Bukan sebagai emosi yang obati hati

12/3/10

Aku ingin kita
Hanya kita
Aku dan engkau
Hanya kita
Membahas dunia
Hanya kita
Yang tertelan mimpi
Hanya kita
Dalam dunia
Hanya kita
Layaknya manusia dan matinya
Hanya kita
Hingga dunia selesai bergerak
Hanya kita
Dengan setiap goresan puisi kecil
Hanya kita
Dengan setiap sentuhan mata kita
Hanya kita
Sentuhan tanganmu yang menggenggam erat
Hanya kita tak lebih

Cerita di Bawah Fajar

Dunia masih bertaburan bintang
Mentari belum berlari
Ceritaku ringan di telinga, berat di hati
Suara suara biru angkasa masih berkeliaran
Mereka merindukan matahari

Kuharap fajar takkan terbit
Setiap fajar, setiap masalah
Atau mungkin itu hidupku,
Dengan masalah yang bertebaran selalu
Duniaku panas semalam

Kuharap bulan mau mendengarkannya
Mungkin menjatuhkan setetes harapan
Setetes saja

Kuharap fajar kali ini membawa berita
Berita ceria untukku yang merasa panas

Nama yang Seharusnya Tak Diucap

Puisi puisi kecilku menjadi basi
Setiap kali goresan tinta ini menulis tentangmu
Karna tak ada satupun yang mampu melukiskanmu
Karna tak ada satupun yang mampu melukiskanmu, cinta

Bahasa terlalu kaku
Terlalu dingin
Kala kabut menusuk tulang kering
Aku,

Seperti engkau cinta
Seperti senyummu cinta
Seperti engkau

Lepaskan manteramu dariku
Tolong..

Cabutlah beberapa helai nafasku
Mungkin aku akan berhenti mencintaimu
Mungkin aku akan berhenti menderita
Dirimu, suatu sakit yang menagih

Selaku manusia nafasku tak sampai
Membisikan kata tuk dirimu

Etalase cintaku
Yang tak akan terukur
Aku cinta

Mati saja

Doa Seorang Bisu

Kuharap dunia bisa tenang dan membiarkan aku bicara.
Keributan segala macam debu telah membisukanku
Kuharap dunia seperti rimba
Yang sunyi dan bersuara beku

Kuharap ku dapat suarakan nada nada ini
Membisikan indahnya dirimu, cinta
Menyanyikan indahnya caramu berkedip
dan merekayasa waktu seketika

Kuingin kau tetap bersama seseorang yang kan menjagamu
Yang kan bersedia bernafas untuk mu
Walaupun itu bukan diriku

Potongan potongan kecil dirimu ku kumpulkan
Semua potongan kecil yang menjadikan dirimu yang sebenarnya
Aku tak menggenggam apapun
Bahkan tak sebatang kata
Tak sehelai angin

Aku ingin berbisik saja
atau dunia menjadi bisu

Tangis.

Bukankah ini yang ku mau
Melihat tetesan airmatamu berjatuhan menghantam tanah
Dengan melodi melodi ungu engkau menangis

Apakah ini isi hatimu Bunda?
Keruh seperti cakrawala itu
Bergejolak seperti batangan petir yang jatuh

Bisikan sajalah kisahmu itu
Agar aku juga bisa merasakannya
Mataku pun perih melihatmu menangis

Katakan hatimu panas dan aku kan mendinginkannya
Katakan hatimu ungu dan aku kan memutihkannya kembali
Katakan saja dan aku bersedia tuk itu

Hentikan tangismu Bunda
Kembalikan senyummu, aku mau senyummu
Keringkan airmata itu

Bunda bersalahkah aku padamu
Tariklah nafasku semau mu, mungkin kan kembalikan senyummu
Bunda.