Aku bersuara dalam demokrasi semut
Mulut menyatakan gula merah terlalu manis untuk rakyat hitam
Kita terlalu penuh dan tenggelam akan merah
Bahwa ternyata masih tersisa putih dalam kami
Hingga sungut sungut para petinggi saling mengirimi surat
Menyatakan putih adalah buah buat pikiran yang merusak tersirat
Menyatakan lawan adalah seseorang dari teman satu urat
Cintaku begitu besar untuk negeri ini
Kita harus menyatakan perang pada genggam koloni
Kini mulutku akan menyuarakan sampai mati
Lalu mereka bertarung
yang mengimani putih dan merah mengaung
Hingga pada suatu tempo
Aku mengerti akan warna
Terkadang kita harus diam tak mengumbar
Demi kamu aku harus berhenti menjadi kami
- Fernando Diroatmodjo
- didalam suara kepala mu, Indonesia
- intagram, line, twitter: adofernando
1/4/15
Merendung
Sesekali datang cuaca mendung
Merundukan hati untuk merenung
Di leher ku tergantung seutas kalung
Mengenang kamu yang pergi mengapung
Dan tatapan sebuah punggung
Berjatuhan angkasa
Tiada menghapus, senyum mu tersisa
Rindu, terasa lebih pisau menyiksa
Aku sudah berkali kali. mati
Tapi kamu lebih mati dari abadi
Aku cinta dan selalu cinta
Karena kamu jadi tujuan aku pulang
Rindu kerap mampir membawa duka
Walau hati pulang pada satu cerita
Selalu gemetar dada setiap nama mu berhenti di kuping
Dan hati terlempar pada tempo dimana kamu sepenuhnya aku
Kala nafas mu menari nari kecil di hati dan kecup pipi di
depan pintu
Aku selalu percaya
Terbangkan isyarat isyarat hati pada hujan,
Kelak ia akan sampaikan bisik ku melalui dimensi dimensi
mendung
Walau kamu tak kunjung pulang,
Ku tunggu pada ujung mata ku
Siapa tau ada rindu kecil di hati mu
Aku selalu percaya
Subscribe to:
Posts (Atom)