Dulu aku,
Kertas hampa
Lalu kamu menulisi puisi
Dan aku terus membacakan
Kertas hampa
Lalu kamu menulisi puisi
Dan aku terus membacakan
Perkawinan suku kata
Permainan bahasa
Ombak ombak emosi menggelora
Dan pada ujungnya , cinta
Bahagia menemukan kamu, sayang
Rindu ku akan tinggal di setiap pucuk rambutmu
Akan tinggal di ujung bibirmu
Doa ku akan tinggal di simpul senyum mu
Akan tinggal di sela jari kecilmu
Rindu ku akan tinggal di setiap pucuk rambutmu
Akan tinggal di ujung bibirmu
Doa ku akan tinggal di simpul senyum mu
Akan tinggal di sela jari kecilmu
Aku membacakan siang dan malam
Kedua mata mu adalah ruang waktu tak terbatas
Aku terjebak di dalamnya
Aku terlalu gila akan kamu
Hingga aku lupa bait terakhir puisimu pada kertas ku
Hingga aku lupa bait terakhir puisimu pada kertas ku
Sudah aku temukan bait terakhir kita
Aku temukan kata kata itu dengan pilu
bait ajaib yang akan merobek kertas
Aku temukan kata kata itu dengan pilu
bait ajaib yang akan merobek kertas
Setelah bait itu habis
Kertasku pun tercabik cabik
Tapi aku akan terus membacakan
Aku akan terus membacakan perih
Terus membacakan semua kamu yang tersisa
Kertasku pun tercabik cabik
Tapi aku akan terus membacakan
Aku akan terus membacakan perih
Terus membacakan semua kamu yang tersisa
Karena semua puisi akan habis
dibaca
Tapi bukan punyaku, sayang
Tapi bukan punyaku, sayang
Bukan yang satu ini.
No comments:
Post a Comment