didalam suara kepala mu, Indonesia
intagram, line, twitter: adofernando

6/25/14

Tangan yang Menggenggam


Kita akan saling berjanji layaknya merpati
Bahwa kamu takkan pergi untuk pergi

Dan seperti selayaknya
Suatu saat kamu akan hilang menjadi udara

Karena suatu saat kamu akan lari
Menuju kematian atau antah berantah menari

Lalu aku akan berluapkan tanya
Kuatkah alasanmu untuk menyerah?
Yang melangkahi sejuta airmataku pada tali janjimu

Bersamaan dengan berputarnya mentari
Kita akan terus berlari
Tanpa aku, kamu akan berlari
Tanpa kamu, aku akan berlari
Dan aku masih akan tenggalam akan tanya
Tentang hilangnya kamu.

Karma



Salam kenal
Karma namaku, tangan rapuhnya mengirimku padamu
Beserta berjuta pilu yang terlalu tangis untuk di ucapkan

Setiap senja dia selalu berbisik padaku tentang puisimu
Bait syair syair begitu kental dengan hitam
Dongeng dongeng merekah pada rambutku
Dan pada telingaku yang berdarah, hingga
Semua dongeng menjadi satu denganku
Melengkapi aku seperti kekasih, sama
Seperti saat kamu dan dia bersama, kekasih

Aku akan datang sedingin ucapan selamat tinggal
Setajam lengkung lidahmu aku akan menjagal
Lalu dengan simpul senyumku kamu meninggal
Dan seiring kamu pergi, aku akan perlahan menghilang

Selanjutnya aku akan melambaikan tangan
Seperti terpisahnya seorang teman
Ia akan tersenyum dan meninggalkan sebuah senyuman
Menjadikan kamu sebuah kenangan.

Layang Layang


Pernah mengambang
Nyawaku digenggam seutas takdir bergaris kaca

Hidupku, sesuatu yang kamu sebut sebut mimpi
Tuk lari dari bumi dan membisu di angkasa

Sebelum aku pergi dewa mengikat aku pada kenyataan
Agar aku tak selalu mimpi dan tak selalu nyata
Agar suatu saat ia bisa membuatku tertunduk kerasnya tanah
Agar suatu saat aku ingat dimana aku berasal

Seperti yang lain, aku dilahirkan untuk pulang
Kemana dunia berputar, aku tetap dilahirkan untuk pulang
Mengikuti aroma mentari pada sudut kamar
Mencari suara Ibu yang kerap bernyanyi

Sebelum aku hilang, aku pernah kembali
Sebelum aku melayang, aku pernah punya rumah
Dan sebelum mengambang, aku pernah pulang dan akan pulang

2/1/14

Cinta Ibu Pagi-Pagi

Segelas pagi kamu sediakan di tempat aku berbaring


Lalu sinar sinar pagi terbelah tajam rambutmu yang hitam


Suaramu menutup mimpiku malam tadi


Lalu aku kamu tampar dengan kenyataan


Bahwa hari ini sekolah tidak libur dan padatnya jalan.

1/25/14

Puisi Semalam Suntuk

Sudah pagi, batu
Membenci sinar mentari menutup mata
Lalu aku keluhkan rindu
Rindu mimpikan kamu di kepala
Jadi aku kirimi puisi semalam suntuk
untuk telingamu yang tak mendengar

Sepertinya suara kayu berteriak
Bersama air dan temannya beriak riak
Aku titipkan janji pada matahari
Dimana kamu, aku akan mencari

Malam ini malam minggu
Tak beda dari malam yang lain
Selama remah remah jemarimu pada genggamku
Aku selalu jadi malam minggu

Aku selalu percayakan hatiku pada matamu
Yang tak pernah melihat bola mataku
Karena jika kita bertemu tatapan pertama

Kamu bunuh aku di tatapan terahir.