seniman itu berkarya
diatas trotoar jalan raya
yang membakar bagai bara
dialasi kardus bekas usang
dengan gitarnya ia menyayat nada
membuatnya semakin indah
dihias suara indahnya yang berkibar
dahinya berkeringat kusam
saat ia bernyanyi sendiri
mengumpulkan kepingan koin
setiap keping di dalam topi lusuhnya
yang ia tukar dengan sebungkus nasi
untuk mengganjal rasa lapar yang membunuh
lalu ia pulang pada sarang
tergeletak lelah pada tanah dingin
mengigil ia bergetar
ia sedang bermimpi
biarlah ia bermimpi
sebelum mimpi itu dilarang
rambutnya pirang
dibakar mentari siang
yang tak punya rasa kasihan
menghukum dunia usang
No comments:
Post a Comment