didalam suara kepala mu, Indonesia
intagram, line, twitter: adofernando

12/29/10

Kembang Api


kau begitu indah hingga disebut kembang
dan kau begitu menyala hingga disebut api

aku turut berduka cita
saat kau dibakar di atas sana
seakan menggapai surga, tapi
kau malah terpecah pecah bagai garam
serpihan tubuhmu jatuh
ya, mati

aku tau sakitmu
engkau berteriak saat mencapai puncak
dan menyadari bahwa kami pengkhianat
patas saja kau menghujat

apa rasanya?
terbang tanpa alamat
bebas sesaat, indah sesaat
kuharap engkau beristirahat
walau engkau tak sempat
menggapai surga

kau meregangkan jemari jemarimu
yang berjari duabelas
atau itu sayapmu?
kembang api

Pohon Natal

Ia
Yesus
Kristus
ti
ga o
rang bi
jak meng
unjungi ke
la
hira
n San
g Raja so
rga dan dunia
ya
ng ma
ti di ka
yu salib de
mi dosa manus
ia
sala
h kah
Ia? dengan dara
h
n
y
a
?

Hentakan Nada Malam Rabu


gaun gaun merah
dalam cerita berdarah
dilagukan dalam tempo tempo sepatu hitam
yang mengetuk bumi seperti pintu berpita

kami tetap menari
seperti burung merpati yang hendak mati
lekuk lekuk tubuh seribu pengantin
kisah kisah wajah yang terlukis miris

atau dipajang disini
sekedar pemuas mata yang lewat
sekedar percikan darah dalam sakit
sekedar daun pada hutan

seperti kamu kami dulu bernafas
hingga ditaruh di atas lemari kayu
menari hingga layu dan berdebu
tetapi kami masih mendengar hentakan nada malam rabu
sebelum kami menjadi hantu

12/28/10

Dari: Joker Untuk: Istrinya


cinta aku pergi dulu
mengacak ngacak dunia untuk dirimu
jika aku tak ketuk pintu itu
berarti aku tlah mati

dunia takkan mengerti bahasa kita
karna kita bukan manusia
walaupun bukan Tuhan

buah buah pena ini airmataku cinta
kuharap kau rindukan aku disana

janganlah menangis cinta
tutupilah airmatamu dengan seberkas bedak
berdandanlah malam ini sayang
jika nanti aku pulang

12/27/10

Ibu aku membawa sebungkus bintang tuk hiasan kamarmu
agar kau tak bosan memandangi lukisan lukisan tua
yang kau lukis beberapa tahun lalu

Ibu, ini aku bawakan Al-Quran
Untuk menghantarmu pada surga
yang kau taruh di telapak kakimu

Ibu aku merindukanmu
Walau kau tidur berbatas tembok
Aku ingin tidur dalam pangkuanmu
Dalam ceritamu, malin kundang
Dalam nyanyian malammu mengadah di angkasa
Yang hantarkan aku ke dunia mimpi

Aku tau kau ada disana
Menyulam cinta untukku dan adikku
Menyusun puisi puisi kecil dalam tidurmu

Ibu aku membawa sebungkus bintang tuk hiasan kamarmu
agar kau tak bosan memandangi lukisan lukisan tua
yang kau lukis beberapa tahun lalu

12/25/10

Wanita Pemuja Mentari



Seberkas cahaya yang mencabik kulitku
Ya, engkau lubang surga di tengah cakrawala
Seperti yang lain mereka mempunyai surga
Entah batu, entah udara…

Setiap malam kau putar tuas rembulan agar membayangi kami
Setiap malam kau suarakan suara suaramu
Keras dalam keheningan duabelas malam
Saat kau berada tepat di telapak kaki ku

Aku telah mencoba pindahkan bayangan bayangan itu
Tak terpikirkan bahwa kau yang menggerakkannya
Seperti wayang yang dinyanyikan malam suro
yang kulitnya berteriak hingga manusia tertawa
tapi sang dalang menangis dalam pernanan

Fajar,
Tubuhmu bergelantungan diantara dua dunia
Hingga kau berputar menyinari kerumunan semut
Dan menunggu mautmu sendiri

12/16/10

Perisai Sang Garuda

Secercah Ya’Sin telah diucapkan
Di ruang tamu anak anak api berdiri tegak
Mereka melirik ke arah airmata mereka
Isak isak tangis yang sembunyikan dalam dada tetap terdengar
Para jas hijau pun menangisi saudara
Bukan dalam darah, tapi dalam ikatan

Wajahnya menyimpan senyum
Ia terbaring di balut kain putih dan tersenyum
Masih sama seperti duabelas tahun yang lalu
Anak tengil yang berlari bersama kami

Kami jatuhkan raja bersama
Menarik lututnya hingga mencium tanah rata
Kami tundukan singa bersama
“kami” takkan pernah mati

Ia tak pernah suka warna hitam
Bahkan pada saat kematiannya
Ia tak pernah pergi, hanya menjauh
“ Sahabatku mati tertembak , mereka merenggutnya!”
Pertempuran kericuhan dalam butir ideologi manusia
Kamu jangkrik!!
Siapa lagi yang dekat di hati dan berani berteriak malam malam
Merengek rengek akan kehidupan yang telah berlalu
Hanya membuat lubang di hati semakin lebar

Kami manusia, campuran dua dunia ekstrim
Bukan antara baik dan buruk
Kala pikiran dan dunia luar yang ganas

Seandai aku mati besok
Entah apa yang aku perbuat
Bertobat atau memuaskan diri
Tapi aku kan mengatakan cinta padanya

Mungkin aku kan tertawa berkata cinta
Kana tawa adalah topeng terbaik yang ku miliki
Bukan sebagai emosi yang obati hati

12/3/10

Aku ingin kita
Hanya kita
Aku dan engkau
Hanya kita
Membahas dunia
Hanya kita
Yang tertelan mimpi
Hanya kita
Dalam dunia
Hanya kita
Layaknya manusia dan matinya
Hanya kita
Hingga dunia selesai bergerak
Hanya kita
Dengan setiap goresan puisi kecil
Hanya kita
Dengan setiap sentuhan mata kita
Hanya kita
Sentuhan tanganmu yang menggenggam erat
Hanya kita tak lebih

Cerita di Bawah Fajar

Dunia masih bertaburan bintang
Mentari belum berlari
Ceritaku ringan di telinga, berat di hati
Suara suara biru angkasa masih berkeliaran
Mereka merindukan matahari

Kuharap fajar takkan terbit
Setiap fajar, setiap masalah
Atau mungkin itu hidupku,
Dengan masalah yang bertebaran selalu
Duniaku panas semalam

Kuharap bulan mau mendengarkannya
Mungkin menjatuhkan setetes harapan
Setetes saja

Kuharap fajar kali ini membawa berita
Berita ceria untukku yang merasa panas

Nama yang Seharusnya Tak Diucap

Puisi puisi kecilku menjadi basi
Setiap kali goresan tinta ini menulis tentangmu
Karna tak ada satupun yang mampu melukiskanmu
Karna tak ada satupun yang mampu melukiskanmu, cinta

Bahasa terlalu kaku
Terlalu dingin
Kala kabut menusuk tulang kering
Aku,

Seperti engkau cinta
Seperti senyummu cinta
Seperti engkau

Lepaskan manteramu dariku
Tolong..

Cabutlah beberapa helai nafasku
Mungkin aku akan berhenti mencintaimu
Mungkin aku akan berhenti menderita
Dirimu, suatu sakit yang menagih

Selaku manusia nafasku tak sampai
Membisikan kata tuk dirimu

Etalase cintaku
Yang tak akan terukur
Aku cinta

Mati saja

Doa Seorang Bisu

Kuharap dunia bisa tenang dan membiarkan aku bicara.
Keributan segala macam debu telah membisukanku
Kuharap dunia seperti rimba
Yang sunyi dan bersuara beku

Kuharap ku dapat suarakan nada nada ini
Membisikan indahnya dirimu, cinta
Menyanyikan indahnya caramu berkedip
dan merekayasa waktu seketika

Kuingin kau tetap bersama seseorang yang kan menjagamu
Yang kan bersedia bernafas untuk mu
Walaupun itu bukan diriku

Potongan potongan kecil dirimu ku kumpulkan
Semua potongan kecil yang menjadikan dirimu yang sebenarnya
Aku tak menggenggam apapun
Bahkan tak sebatang kata
Tak sehelai angin

Aku ingin berbisik saja
atau dunia menjadi bisu

Tangis.

Bukankah ini yang ku mau
Melihat tetesan airmatamu berjatuhan menghantam tanah
Dengan melodi melodi ungu engkau menangis

Apakah ini isi hatimu Bunda?
Keruh seperti cakrawala itu
Bergejolak seperti batangan petir yang jatuh

Bisikan sajalah kisahmu itu
Agar aku juga bisa merasakannya
Mataku pun perih melihatmu menangis

Katakan hatimu panas dan aku kan mendinginkannya
Katakan hatimu ungu dan aku kan memutihkannya kembali
Katakan saja dan aku bersedia tuk itu

Hentikan tangismu Bunda
Kembalikan senyummu, aku mau senyummu
Keringkan airmata itu

Bunda bersalahkah aku padamu
Tariklah nafasku semau mu, mungkin kan kembalikan senyummu
Bunda.

9/13/10

Bosan diserang Kantuk


bosan.
hooam...


bosan akan mimpi.
aku ingin menghadapi dunia.
tetapi dunia masih terlelap.
butiran kopi menghiasi lidah.
manis..


mataku berat rasanya.
inginku congkel keluar..
hoaam,...


perlawanan terakhir..
tewas.

9/11/10

Calon Tanah Kubur

engkau diam disana
tak bergerak mengimani bisu
ini aku
orang yang kau tunggu
sudahkah lubangmu cukup lebar?
untuk dosa yang ku bawa ini
karna aku hanya bisa membawa dosa padamu


usiaku sudah membengkak
dan engkau sudah cukup sabar tuk menunggu
di dalammu
engkau lubang surga atau neraka?
jawablah aku..


dalam beberapa langkah lagi kita kan bertemu
tunggu aku, kalau bisa bawalah aku ke surga
aku enggan mati dan bosan hidup
aku bosan hidup dan enggan mati
haruskah aku berdiri di ujung liangmu?

ayolah,
sebutkan apa yang engkau perlu
tuk membawaku ke surga.
lihatlah mereka yang tak takut akan mati
yang menentang kematian.
kurasa aku terlalu cerewet untuk mati

Ayah, Bunda
aku disini, janganlah menangis
ia akan menyimpanku dalam lubang ini.
dan aku kan berhenti bicara

9/7/10

serabut kata yang engkau muntahkan
hanyalah pengalihan
sebenarnya engkau disana,
sedang merayakan kesedihanmu
dengan membakar bakar butiran airmata

ia telah tidur, ia tidak mati
tidur tuk selamanya
mungkin ia memimpikan engkau dalam tidurnya
jadi janganlah engkau muntahkan lagi airmata itu

ia telah menjauh, tidak pergi
karna ia hanya berjalan lebih jauh dari engkau
hentikan isakmu kawan, mari kita tersenyum
ayolah kawan kita nyegir hingga gigi ini kering
jangan merenung engkau disana

9/1/10

aku,
aku selalu disana
dibalik tembok besar
antara kejujuran hati dan kenyataan
bahasaku kelabu cinta
agar dunia tak mengenal aku lebih jauh
agar manusia tak menyebut namaku

ya,
aku disana
di tengah tengah kabut tebal dunia
agar dunia tak melihat wajahku

tetapi bagaimana cinta?
karna kata kataku memuntahkan asap
bukan bahasa.

aku mencintaimu
tak kurang.
dan takkan ku biarkan cinta ternodai kelabu
seharusnya aku diam cinta
tak lagi berjalan

8/24/10

ingatkah engkau sepetak tawa
yang kita lemparkan pada mentari pagi
dan secangkir tangis yang dahulu ku tampung

rasanya sudah bertahun,
dan kenangan ini terus mengggigiti hati
aku ingin memandang mu lurus
melihat diri mu berdiri di depan ragaku
dengan senyum simpulmu itu

aku menyimpan senyuman itu
dan ku dekap kuat
agar tak ada yang mampu mengambilnya
agar waktu takkan merebutnya

dan kan ku kirimkan sekelebat rindu pada mu
yang membuat udara menjadi riuh


Req -Jessica Kezia

8/21/10

Barisan Kata

hai,
aku disini
hanya rindu yang membawaku kemari tak kurang
ini baris ke empat, aku seorang abstrak yang tak jelas arahnya
tak mampu tereja
sepastinya aku merindukanmu
hingga tangis ku tampung dalam cangkir biru
agar tak membasahi cintaku yang retak ringkih
karna aku bosan dalam pelangi mimpi yang terlalu sempurna
kata kata ku kering, yang kumuntahkan pada dunia
karna kata kata ku seharusnya bertengger di sana
di telinga mu.

sekarang aku meraih kata ke empatpuluh sembilan
memandang setiap titik yang ku goreskan untukmu
yang merangkai huruf
yang meraih kata
yang membuat puisi
yang yang menjadikannya hiasan pada hidup manusia
aku bosan, masihkah kau disana?
di dunia yang beralaskan kaca
di antara sinar yang menusuk mata

sudah matikan saja layar kaca itu,
toh enkau sudah terbayang kantuk bersama mimpi
serahkanlah tubuhmu itu pada ranjangmu
berisitirahatlah cinta.

biarlah aku tetap menulis barisan kata tuk dirimu.

EnamLima

Serjarah mu Indonesiaku
Cerita mu Tanah Airku
Tentang darah merah dan teriakan manusia
“Merdeka!!”….


Aku ingin merdeka
Kata kata itu bergetar di setiap dada pemuda
yang berdiri tegap di bumi pertiwi
di atas tanah di tengah tengah suara peluru berdesing

Ceritamu Tuan,
Ceritakan ceritamu Tuan
tentang dunia sebelum aku
yang senjanya jingga dan malamnya bisu
yang tanahnya menyimpan emas segenggam
yang katanya merupai kerajaan surga mahaada

Apakah yang digoreskan tinta dalam kertas itu?
Yang di atasnamakan Bangsa Indonesia

Apakah yang dinjanjikan oleh lelembar kertas itu?
Persatuankah itu?

Dan enamlima tahun engkau disini
Bangunlah, jangan tidur

8/10/10

Mati

tidur atau melayang
ku pejamkan kedua kelopak mata ini
dan memimpikan mu selamanya

sepi, hanya sajak sajak kecil
yang aku punya hanyalah iman
yang aku pegang hanyalah Tuhan

tergeletak,
menyiapkan beribu surat yang takkan di baca
atau menunggu tuk kau baca

8/6/10

orang itu berlarian
mungkin mengukir tarian
mungkin mengharapkan jawaban,
mungkin mencari jamban
atau mungkin mencari jawaban tarian diatas jamban

ia mengeluh membulatkan perhatian
mencari tujuan akhir yang berujung jawaban
yang menjadi surga sementara dalam jalan pulang

ku sebut kanan yang kau maksud kiri
dan banyak kata yang terjebak pada kepala mu
yang seakan kau teriakan pada keramaian
karna mengusik jalan dengan tarian
untuk siapa? dan untuk apa?

larilah kau mencari jamban
berjagalah kau pada manusia sesat
yang memberi arah dengan tarian

7/28/10

Sajak Sajak Pada Jingga Senja

ku serahkan sajak sajak ku pada lelembaran kertas putih
yang setiap katanya terucap oleh garis bibirmu
ku kerahkan sajak sajak ku pada tinta kental hitam pena
yang setiap katanya tak bisa ku eja lancar
dan selalu ku nyanyikan pada jingga senja

setiap karpet luas sang malam itu tergeletak luas
setelah senja, sebelum embun membungkus mata
bertebaran batangan bintang yang mengkilap
serta beberapa butir cintaku yang mengambang untuk mu
dan takkan bisa kau lihat jelas dalam gores mata mu
atau siapapun

dan ketika pergi ku ucapkan selamat tinggal
lalu kau membawa cintaku tanpa menyadari itu
membawa mimpiku pada negeri antah berantah
membunuh kisah yang belum mempunyai akhir


sementara aku hanya pembuat sajak
yang hidup dalam mimpi mimpi
karena setiap mimpi itu kuhadirkan kesempurnaan
kesempurnaan tuk dirimu

7/27/10

petikan ranting itu berbisik pelan
melemparkan pesannya melalui haluan angin
yang mengibarkan bendera di atas sana

tegakkan lutut mu kawan
kita sudah merdeka
dan janganlah puas
karna dunia takkan puas membunuh waktu

warnanya merah, putih
bukan bualan
tiangnya berdiri kokoh
bukan sandaran
darahnya tumpah
bukan permainan

secarik kain itu adalah legenda
bukan cerita belaka
yang di antarkan sebelum tidur

7/19/10

Sepotong Cerita Untuk Bunda

dan butiran terahir darahku
ku letakkan ditelapak kakimu


Kau pernah berkata
Kau pernah bercerita
akan masa kecil itu

saat aku terbata bata membaca kata
dalam nyanyian buta
ku ingat bunga bunga yang tertera
dalam garis bibirmu

saat aku terluka merah
dan Kau mengecupnya dengan sentuhan ajaib
dan memelukku dengan cinta
hingga aku tenggelam didalamnya

saat aku menangis terjatuh dari sepeda
Kau memegang erat tanganku
sepeda roda tiga
sepeda cinta dari Bunda

aku sedih, pilu rasanya
melihat barisan keringat pada keningmu
yang berlomba turun
membasahi ragamu

dan aku hanya bisa melagukan nada nada tangis
yang membuat wajahmu memerah

setiap nafasmu adalah pesan untukku
yang kau bisikan pada udara buta

Bunda, maafkan aku atas segala dosa yang melekat
Bunda, maafkan aku atas setiap butir airmata mu
Bunda, maafkan aku. puisi puisi kecil ini milik mu


Bunda, maaf ...

7/16/10

Sahabat

setiap detik yang berlalu,
namamu mengambang disana
mengingat sejarah yang kita ukir bersama
mengulang tawamu yang berputar di telinga
aku merindukan mu
dalam setiap darah pada nadi tubuhku
aku merindukan mu

aku ingin memutar dunia kembali
memutar setiap detik ku tatap dirimu
tetapi jarum jam itu tetap menari
tak henti hingga abadi

aku membutuhkanmu disini,
membunuh waktu disini
melempar tawa disini

air mata ini takkan mengubah segalanya
sir mata ini berlalu seperti benalu
dan biarlah angin yang menyampaikan pesanku
dan kusampaikan puisi ini pada bayanganmu
yang hitam di bumi
agar menjagamu tetap,
menjagamu setia


to sella

7/10/10

Nada Tanpa Suara

sebutir kata sejuta cerita
manusia itu tersesat dalam lumbung padi
sejumput nada tanpa suara
menari nari di telinga kiri


sehilir angin seribu bahasa
dengan hangat tanpa mentari
ia berputar mencari kata untuk di teriakan
meminta uluran kasih menembus sunyi


satu mentari miliaran bias
dan ia menongah ke atas
berlutut pada cakrawala walau Tuhannya tidak disana
menunggu dunia menjadi bisu
cukup bisu untuk bernyanyi


aku mendengar tangisnya
tangis tanpa airmata
aku melihat retak giginya
yang ditutupi topeng putih dengan senyum manis
dan sepucuk harapan yang kau pegang erat

7/9/10

- -

ku gulung kisah
merajutnya menjadi cerita

kisah yang diteteskan langit pada bumi
kisah yang dibisikan seorang pada yang lain
kisah yang dibakar api dari bara

percikan itu terasa hangat
saat pandangan mataku bersentuhan dengan mu
membuat dunia terasa bisu

memandangmu,
satu satunya cara yang waras untuk mencintaimu
dan kata "cinta" tidak lah cukup menggambarkannya



dan sejumput rasa itu menjadi api pada lilinku
yang membunuhku dan membuatku hidup disaat bersamaan

dan mimpi,
tempat yang hangat akan dirimu
karna ku temukan kau disana abadi bersamaku
dan menjadi neraka bila jam dinding berdering

6/26/10

ukir lah namamu
di atas batu nisan makamku
agar dunia tau aku hidup untukmu

saat jarum detik itu menari nari
aku hanya mengulang detik detik lain bersamamu
menarik waktu kembali

dan ku kecup lembaran angin itu kutujukan padamu
di setiap seka umur ini
tebaran sinar mentari yang kau tembus
dan merekah di atas bumi
ku sampaikan pesan ku padanya
pada bayangan hitam itu
agar ia menjagamu tetap
agar ia tak lepas darimu
karna aku tak mampu
karna aku tak cukup kuat untuk menjagamu

setiap daun itu ku sapa
hanya untuk tahu sela nafas mu
dan setiap darah yang mengalir di nadimu
agar dunia tau aku mencintaimu

6/23/10

kupandang kedua orang itu
tenggelam bersama dalam kenangan indah

saling berpegang tangan
saling memandang indah
keriput kulitnya tak menghalangi
rambut putihnya tak membatasi
rapuh badannya tak menjatuhkan

cincin itu mengikat kuat
di jari manis mereka
senyumnya tampak bahagia
dengan gigi yang hilang

cintanya suci
diatas sajadah putih
mereka bernyanyi
dan terus bernyanyi
hingga waktu menanti
saat untuk pergi

tongkat kayu itu bersaksi
atas hidup sang tuan
hitam putih cetakan foto mereka
menyela tangis yang terisak isak

ia pergi dengan cinta
menghadap cakrawala
menyelam dalam tanah merah
pergi dengan cinta

6/22/10

Mahakarya

kaca mata itu membacakan dunia
coretan tinta itu menceritakan hidupnya
dan segala karyanya itu menjadi dia
menjadi dirinya


setiap kata menjadi cerita
setiap kalimat menjarah dunia
setiap tokoh menjadi nyata
ia menciptakan mahakarya
disana ia berjaya
di bawah lamuman lampu sorot
dikelilingi bayangan hitam disekitarnya
berdiri tegak di atas panggung
mennyanyikan kata kata kecilnya



dan tulang tulang itu menua
bahasa tubuhnya menjadi buta
kulit itu menjadi bosan
hidupnya menjadi legenda

6/19/10

Aku terdiam dibawah lamunan nyanyian jangkrik
dan seruan angin yang menyapa pada dunia malam

Aku bertanya pada angin semilir...
Dimana ia?
Aku merindukannya
aku merindukannya dengan setiap detak pada jantung ini,
dengan setiap detik pada keabadian


Taukah ia aku disini membisu merindukanya?
Tau kah ia aku disini mati perlahan merindukannya?
dalam dunia aku menunggu
diantara senja merah dan malam biru
hingga raga ini menyelam dalam tanah


Ragaku tergeletak lemas menahan rasa perih,
dan menunggu engkau menyadari
Kapan? Esok hari? Esok lusa? Atau tak selamanya?
mungkin dalam sana, dalam mimpi malam tadi
yang selalu terulang dalam sayatan hati ini

Aku merindukanmu
hingga ia menari bersama rembulan
dan membawanya dalam pelukan
Kembali ke ragaku...
Dan diam bersamaku...
Hingga malam berakhir
dan mentari tak akan bersinar lagi...
hingga ia menari bersama rembulan
dan membawanya dalam pelukan



by: Sella Palar & Ado

6/17/10

ingatkah kau,
setiap siraman tawa di sela kelas?
ingatkah kau,
setiap tetes hujan yang berlomba pada kaca jendela kelas?
ingatkah kau,
bunyi bunyi gemuruh kelas ini yang menembus dunia siang?

semua tidak pergi
semua tidak pernah pergi
hanya terhempas jarak lebih jauh
dan lemparan topi toga itu menjadi pembukaan
atas kehidupan baru

jangan, jangan teteskan airmata itu
yang terjatuh pada bahu mu
dan menjadi noda pada baju itu

aku selalu bermimpi
akan masa yang telah berlalu
ingin ku mengulang masa itu
setiap detik, setiap jam, setiap hari
setiap lirikan mata mereka
setiap gerak yang ku lewatkan

.TR

6/15/10

Dua Bocah


ku lihat daun daun itu bercerai
di atas retak tanah merah
dikibas kencang empat kaki kecil
berlari lincah menembus udara

melihat bayangannya hitam
dibalik mentari kuning
yang bertengger pada senja biru
seperti kemarin
mereka bermain
saling menyiram tawa satu dan yang lain

dua bocah tengil
yang memudarkan mentari
yang rambutnya keriting
yang bolong giginya

ia bercanda konyol
dalam buaian hari
menjadi sahabat
sehidup semati

mereka selalu menghadiri
perjamuan senja menjelang malam
di sisi pantai
tempat mereka merangkai cerita
menyulam kata
menjadi kenangan semata

6/14/10

ku nyanyikan setiap kata itu
kata kata yang takkan terdengar

dan ku bisikan kata kata itu
yang takkan tersampaikan

aku selalu menikmati rasa perih itu
cinta namanya
yang selalu hadir saat berjumpa
saat padangan mu bergesekan dekat denganku
seharusnya kau kusimpan dalam mimpi
dan tidak membiarkanmu menjadi kenyataan
karna disana ku hadirkan kesempurnaan
hanya untukmu
selalu untukmu


tapi cinta itu bersih
cinta itu putih
cinta itu tulus
aku tak mampu menyentuhmu
aku tak cukup kuat untuk mencintaimu

dan aku akan disini
menjadi biru
hanya mengeja setiap kata yang kau tulis
mendengar kata katamu yang mengambang
menulis puisi puisi kecil untukmu
yang takkan kau baca

6/11/10

Tarian Malam

ia menari
di atas sanubari
membulat segala perih
tanpa sedikit percik

tuk siapa ia menari?
ke mana ia menari?
hanya mengambang dalam waktu basi
hingga terkapar ke lantai
berbaring pasi
hingga mati

dalam gelap ia menari
menari menarik pasangan mata putih
yang tergeletak suci
di atas kursi

menunduk ia berlari
membungkukan segala malu dalam bumi
agar tertutup tanah bumi pertiwi
menutup segala rahasia pasti
dan membiarkan menjadi misteri
hingga bulan menunggu kecupan mentari

6/6/10

Burung Garuda Berbulu Emas

aku membawa perisai besi di dada
dan melayang di antara segala benua

sekarang,
mereka beramai ramai mematahkan
sayap dengan pucuk tulang di setiapnya
tak mengasihani
tak peduli
terkapar di antara belukar rawa
mereka menghujam dengan segala hitam
menjarah merah dalam haluan
membakar biru perisai besi
hingga tersisa sepucuk
hanya sepucuk

aku rindu masa masa itu
masa dimana aku masih berjaya
masih di percaya berjuta kepala

6/4/10

Budak Malam

warna biru dalam dunia hitam
yang berpencar melawan angin
menitiskan senyum dewi sang malam
tak berseri, tak indah
bercerita setiap senyum yang ia palsukan

mungkin ini hanya mimpi,
melapas kata dalam dunia lain
yang menjadi buta
dan selalu buta

suara itu bersaksi atas cahaya tuan
setiap topeng itu ia lepas
dalam gelap malam pertama
sebuah kata melontar dari mulutnya

surat itu ia buka
merangkul sepi pada bumi
ia berlari dan terus berlari
selama mentari tetap berseri
walau berpaling padanya

gambar tinta merah di lapis kertas putih
merekah dalam benaknya
mengingat bunda di alam sana
memandang dari pijar bulan

ia hanya menangis
dalam tawa yang bertebaran
tak bisa berkutik dalam satuan detik

Tangis

setiap rintiknya adalah cerita
cerita yang mengalir menjadi takdir
memerahkan mata yang indah itu
dan menjelaskan setiap senyum yang kau palsukan

setiap tarikan nafas itu bercerita

setiap sajak yang kau ceritakan

setiap potongan cerita hidupmu
kan ku rebut tuk hilangkan perih itu
biarlah ku merasakannya,
jika bisa membuatmu kembali berseri
membawa pelangi kembali di atas kelabu

6/2/10

aku mencarimu dalam belukar kaca
dan tetap mengimani sunyi sebelum berjumpa
di bawah cakrawala biru
di saat jarum detik berhenti tetap
tak bergerak, tak terdengar

setiap ranting itu berdering
menceritakan dirimu yang berjalan anggun
melewati mentari yang berbenturan dengan bulan
dan senyummu yang menjatuhkan bintang bintang

dan ku membisu
memandang langkahmu menjauh
karna ku takut,
menyentuh cinta dan takkan kembali
tapi ajarlah aku bahasamu
bahasa cintamu
saat meliuk liuk di tengah hidup
agar ku bisa mengerti dunia

karna ku jelata
aku tak cukup kuat untuk mencintai
karna kau terlalu indah untuk dicintai

5/31/10

mungkin Tuhan sedang senang
membiarkan ku mendengar nafasnmu
melihat dirimu di hadapan kedua mata buta ini

dan setiap langkah yang ku tapak
setiap tarikan nafas,
terselipkan namamu.
dan ku coret kan namamu
dalam buaian angin yang menyambar

atau mungkin ini yang terakhir
detik terahir aku bisa memandangmu
menikmati indahnya wajahmu
sebelum aku pergi
menembus mentari

puisi ini ku suratkan padamu
pada kedua matamu yang membaca

kan ku hias dengan bingkai
setiap kata kata yang keluar dari mulutmu
merangkai menjadi sebuah puisi
puisi terahir

5/29/10

Manusia

tawa biru dari batu
yang tergeletak bisu
memandang burung tak berparuh
berdansa dengan pohon tak berdaun

bunga ungu dari melayu
melambai lambai pada perahu
pertanda hujan yang palsu
pada senja biru

disini, sendiri
terjebak dalam ruang sunyi
memandang oase dunia berputar
dalam sisi surga dan neraka
manusia tenggelam

wajahnya memerah
anak kecil dari dunia
tersipu malu pandangan pangeran
dan menipu pada benalu
jadikan ia ratu
dan memulai
cerita roman malam hari

5/28/10

Mereka

mataku memerah
atas manusia yang menyerah
membasuh sembuah negara

kepalaku tertunduk
menatap bumi pertiwi dengan perih

badannku bergetar
di atas semua hitam yang melekat
pada Burung Garuda berbulu emas

mereka bernyanyi
pada saat sumpah itu
di atas janji putih
ia bernyanyi.

dan bermandikan airmata
manusia pinggir jalan
yang hanya bisa menghela nafas
dalam rimba ibukota

dalam topeng ia bersembunyi
menyelam di sela sela kepercayaan

5/26/10

jika kelak aku
tertidur lelap berselimut tanah
menghadap pada cakrawala
menuai setiap darah yang ku tumpah
setiap rasa yang ku tebar

dan jika kelak aku
bisa melihatmu saat ku tak lagi bernafas
kan ku berikan kecupan terahirku
kan ku tumpahkan rasa cinta
walau tak terasa
walau terasa hampa

mungkinkah terjadi?
saat jantungku berhenti berdetak
aku masih sanggup mengeja namamu
membisikan puisi puisi ini
pada telinga mu itu

atau mungkin kau harus melupakan aku
agar ku bisa tetap mencintaimu

5/25/10

hidupku singkat
biarlah aku mengacau
diatas segala hiruk pikuk kehidupan

hidupku susah
biarlah aku bersenang senang
diatas segala masalah yang terhirup

cintaku mati
biarlah aku berfoya
diatas tawa persahabatan

5/22/10

Selalu Indah

ayah, kau tau aku buta
akan segala cintamu padaku
ayah, kau tau aku tuli
akan segala ucap sayangmu
ayah, kau tau aku mati
akan segala kecup dirimu

sekarang kau disana,
terbujur kaku dengan senyummu
atau melayang tinggi bersamaNya

saat kudengar namamu
disebutkan di pucuk telinga
tulangku melembut
terjatuh pada keramik putih
mataku terbakar perih
hingga merah membara

tawamu terngiang
menggema di dalam kepala kecil ini
senyummu itu, selalu selalu indah
dan ku ulang
setiap pagi
wajahmu tampak membangunkan aku
dari tidur itu

kulihat kau
menjadi pasi
diatas lempengan besi keranda
menghadap cakrawala dunia
senyummu itu indah
selalu selalu indah

5/21/10

Pelataran Mimpi

di pinggiran siang aku melangkah
saat mentari mementah
dan berlalu pada senja biru

tergeletak tubuh ini
pada sandaran pohon berjari.

lalu ku petik bintang itu
dan menaruhnya di atas rabut hitammu
lalu ku curi bulan itu
dan mengikatnya bersamamu

detik demi detik
ku bunuh bersamamu
diatas gumapalan awan yang dingin itu
memandang dunia yang semakin biru

disini ku bisa mengukir jantung ini dengan namamu
menyayatnya dengan pelukanmu

dan mungkin aku takkan terbangun
dari mimpi siang tadi.
agar tetap bersamamu
agar tetap melihat senyum itu
agar namamu bisa terus ku dengar.
dalam pelataran mimpi siang tadi

5/20/10

Maju Tak Gentar

maju tak gentar,
membela yang beyar!!
maju tak gentar,
mari kita serang!!

maju serentak,
ambil uang rakyat!!
maju serentak,
jangan tanggung tanggung!!

reff:
korupsi, serentak
serentak, menghilang
korupsi serentak hilang

tak gentar, tak gentar
hakim suap lenyap
korupsi, serentak, hilang!!

Koin

seniman itu berkarya
diatas trotoar jalan raya
yang membakar bagai bara
dialasi kardus bekas usang
dengan gitarnya ia menyayat nada
membuatnya semakin indah
dihias suara indahnya yang berkibar

dahinya berkeringat kusam
saat ia bernyanyi sendiri
mengumpulkan kepingan koin
setiap keping di dalam topi lusuhnya
yang ia tukar dengan sebungkus nasi
untuk mengganjal rasa lapar yang membunuh

lalu ia pulang pada sarang
tergeletak lelah pada tanah dingin
mengigil ia bergetar

ia sedang bermimpi
biarlah ia bermimpi
sebelum mimpi itu dilarang

rambutnya pirang
dibakar mentari siang
yang tak punya rasa kasihan
menghukum dunia usang

5/17/10

Pertunjukan Senja

suatu sore dimana sang burung berdansa
dengan suara nyanyian manusia di atas sajadah

nada nada yang melengkung indah pada senja
biru seperti samudra
dan merah seperti bara

ku dengar potongan kilat itu
yang terjatuh dari gumpalan awan kelabu
membawa air untuk menghapus debu
yang menempel pada batu
menyelimuti semua bintang yang berkedip
di atasnya

dan katak pun bernyanyi
menyambut hujan
menghiasi senja yang sekarat itu
menuju waktu malam gelap

anginpun berlarian
saling mengejar dengan desing desingnya
menutup acara senja merah kebiruan

5/15/10

aku mencintainya.
maaf jika aku bersalah.
aku menyayanginya.
maaf jika aku menyakiti.

inilah aku, manusia
ku kaguminya diam diam
tanpa suara, sunyi..
memastikan tak ada yang mengetahui
namanya tertera dalam setiap hela nafas
wajahnya terpampang di halaman langit

dan aku hanyalah kerikil kecil
tanpa nama, tanpa suara

mengapa cinta?
mengapa aku?
manusia yang terlalu bodoh untuk menikmati kepedihan
yang mereka namakan cinta
mungkin kita tak seharusnya bertemu disini
kita seharusnya bertemu dalam mimpi malam tadi
saat bulan masih berdansa
agar semua kesempurnaan bisa aku berikan
karna disini semua hanyalah kepedihan

dan namamu,
akan selalu terukir dibuku ku
walau namaku,
takkan ada dalam buku mu

5/13/10

Sang Pemangsa

matanya yang tajam itu berkedip
bersiap memangsa
kakinya menyentuh bumi yang bergetar
melambaikan sinyal rampas
tak kunjung tiba

lalu ia berlalu kencang
mangsa itu panik
berteriak,
COPET!!!

5/10/10

Penjaga Makam

lampu itu bekedip kepadaku
ditengah hutan gulita
yang merebah rindang, menghadang angin

ku kira itu bintang yang lain
yang meliuk liuk berbicara
dengan kekasihnya,

seperti senja
saat mentari dan bulan hampir bertemu
melampiaskan kerinduan mereka berdua
hanya sekian detik
mereka menari...

dan malam berseri
bersama para bintang menemaninya

lampu itu bercerita
tentang hari harinya sendiri
bersama tuannya yang tua itu
yang memberinya nafas setiap senja hingga malam
menjaga yang telah mati
tenggelam dalam tanah merah

tuannya itu selalu berteduh
di dalam Masjid putih
dan menyanyikan ayat ayat suci di atas sajadah
menunggu waktunya tiba
walau senyuman itu tak pernah mati..

Anak Bumi

aku anak bumi,
masih pantaskah aku menagih janji?
atas semua lirih dunia
aku anak bumi
pantaskah aku menghirup udara?
di tengah debu dunia
yang berdansa bersama abu
di ambang tiga dimensi
aku anak bumi
yang bersujud pada mentari
dan terus menari
hingga aku mati
meninggalkan peti
tak berisi

5/9/10

Sepotong Cerita Untuk Bunda

dan butiran terahir darahku
ku letakkan ditelapak kakimu


Kau pernah berkata
Kau pernah bercerita
akan masa kecil itu

saat aku terbata bata membaca kata
dalam nyanyian buta
ku ingat bunga bunga yang tertera
dalam garis bibirmu

saat aku terluka merah
dan Kau mengecupnya dengan sentuhan ajaib
dan memelukku dengan cinta
hingga aku tenggelam didalamnya

saat aku menangis terjatuh dari sepeda
Kau memegang erat tanganku
sepeda roda tiga
sepeda cinta dari Bunda

aku sedih, pilu rasanya
melihat barisan keringat pada keningmu
yang berlomba turun
membasahi ragamu

dan aku hanya bisa melagukan nada nada tangis
yang membuat wajahmu memerah

setiap nafasmu adalah pesan untukku
yang kau bisikan pada udara buta

Bunda, maafkan aku atas segala dosa yang melekat
Bunda, maafkan aku atas setiap butir airmata mu
Bunda, maafkan aku. puisi puisi kecil ini milik mu


Bunda, maaf ...

5/7/10

Waktu

umur ini bertambah
waktu di bumi berkurang

dan
semua itu akan hilang
dimainkan oleh dalang
tak bertulang tak bersulang
menegakkan dengan orang
menumbangkan dengan parang
dengan jarum detik yang berdentang
yang menggerogoti dunia perlahan

akankah kau bertahan
saat semua tergeletak matang
akankan kau bertahan
saat semua terjual mahal

dan mungkin kita hanya sunyi
tanpa suara tanpa bunyi
tanpa engkau aku mati
saat mereka menikmati
dimana terdapat retak gigi
tempat hitam putih menjadi bumi
aku kan bertahan, aku kan bertahan hingga letih
mungkin hingga mentari berseri
pada raga yang bersih
mungkin mentari dan rembulan menari
dan cinta tidaklah mati

5/5/10

burung kecil itu terbang
tanpa satu kepakan sayap
ia mengambang pada lintasan angin yang menerpa
sepertinya ia mengarah
pada gumpalan awan maha karya
biru seperti samudra
jingga seperti daun musim panas

manusia melangkah pulang
dengan tawa yang masih menempel pada wajah
bermain, bercanda, bersuka, bersenang

indah
dunia itu indah

karena aku mencintaimu dunia itu indah

karena engkau melihat ke arah ku
dunia itu indah

karena aku berdiri disampingmu
dunia itu indah

walau umurku dimakan waktu
aku hanyalah untukmu
dan dunia itu indah

lintasan angin itu bermain pasir
berterbangan di tengah dimensi
menunggu air menghujani
aku duduk, diatas kayu putih
berayun dingin
menghabisi waktu dengan berfikir
jika aku mati...

5/4/10

Pengelana Malam

lalu ia keluar dari kegelapan dunia
membawa butiran airmata
ia berkaca pada lempengan besi
melihat wajahnya berkarat pasi

ia mengadah ke atas
melirik jarum jam yang seakan mengejek
bahwa ia sebatang kara
langkah kecilnya bawakan suara
dan mengumbarnya ke seluruh dunia

perduli setan dengan mereka
mereka tak pernah mengerti
lalu jantungnya beradu cepat
dengan kereta malam hari

membungkam dunia malam
di dalam tas merah
ia berjalan
tak menengoh
menjatuhkan air mata
dan senyum pesona

Karya Seorang Manusia

sayatan senar gitar itu tercetak abadi
dalam ruang hampa tak terhapus

jari itu menari diatas emosi jiwa
melemparkan segala suka duka

dan sebatang rokok yang terbunuh api
ia memakan asap abu abu
mengambang di atas panggung
di sengat sinar lampu sorot

kertas itu, memandu cerita ke cerita
setiap puisi bernada itu ia cetak
dengan goresan tinta hitam dalam kertas putih
dengan lengkungan setiap nada yang ada
ia berkarya dalam telinga
keriput dahinya
berpikir
mengukir
hingga semua menjadi satu
hingga semua menjadi batu

5/2/10

Manusia Senja

hey engkau,
punyakah engkau peta menuju hatimu
bolehkah aku memiliki sepotong saja?

hey engkau,
bisikanlah aku tentang sepotong hidupmu
janganlah engkau berbicara kematian
karena aku menikam waktu
menyayat dunia
membunuh jarak
untuk bertemu engkau

tetapi dimanakah enkau?
apakah engkau berada setelah atau sebelum?
dimanakah engkau?

dan jika kau mencari diriku
aku adalah senja dan selalu senja
bukan malam dan bukan siang
walau terkadang aku menghiasi waktu
senja yang menjadi malam
jika aku mati
tempat terindah untuk mati
adalah dalam pelukan ragamu..

5/1/10

Saat Waktu Berhenti

saat bumi tak berputar
aku mampu membisikan kata cinta di telingamu
saat bumi tak berputar
aku mendekapmu dengan seluruh raga ini


dan aku hanyalah sepotong lilin
yang menunggu minyaknya habis

dan cintaku adalah api dipucuk lilin itu
yang memberi inti hidupku
juga membunuhku mati perlahan
dan mungkin engkau akan melempar
gumpalan angin terlebih dulu


pada saatnya aku akan menyelam dalam kematian
takkan ku bungkam semua kenangan kita
takan ku tutup rapat album itu

mungkin kau tau,
suatu masa dimana engkau setengah terlelap
dan setengah terbangun
disana aku akan tetap mencintaimu
hingga mentari menari dengan rembulan
di lantai dansa biru itu...

4/30/10

Nasrani

berhenti
cobalah berhenti
raga itu bergulat
melahirkan barisan tetes keringat darah
biarkan aku berlutut di hadapanmu
dan mengusap kerigat bercampur debu di wajah itu
aku mohon

Engkau tak salah
Engkau tak pernah salah
kayu itu tak pernah mengerti
mereka tak pernah mengerti

mahkota duri itu menciumiMU
cambuk itu merayap di kulitMu
melukiskan garis garis berdarah merah mulia
bukan bukan salah mereka
maafkan lah mereka

lalu semua malaikat menangis
meratapi darahMu yang mengucur

4/29/10

Dalang ...

suaranya bergema indah di tengah
dari sana ia bersuara indaah
lengkungan nada itu memasuki telingaku

sambil menggerakan boneka ditangannya
menggerakan tulang belulang itu
bayangan keriputnya tampak pada latar
latar putih, bayangan hitam

seribu suara ia nyanyikan
menjalani hidup seorang pangeran
dan menjalani hidup seorang pengemis
rambut putih itu menyatakan ia lelah
menanti tidur seribu tahun
yang tak kunjung datang

latar itu bercerita
wajah itu bersandiwara
nafas itu terhela
ditengah cerita

tubuhnya tumbang
warisan tradisional...
dan aku berjalan
menembus debu yang mengambang itu
dimana kepercayaan dijual murah
saat mereka menjual suatu kepercayaan
dakam harga limaribu rupiah

ia melempar
ia melemparkan segumpalan hitam pada temannya
terus melempar
terus menangkap
hingga lenyap dari mata manusia

aku berjalan
langkah demi langkah
mencari seluk beluk ditempat manusia merayap
melangkah masuk kedalam
rumah yang tak berpintu
dimana cahaya mentari bisa menembus embun pagi
menelusuri tempat dimana ia melangkah

lalu aku memandangnya
butiran airmata menebal pada permukaan mata
mata itu..

wajah kecil itu menoleh ke arah ku
wajah kecil itu melempar tangis
ia berpaling, menutup muka dari tatapan
membuang dunia kedalam kelam


mencuri nafas dalam sela hidup
menusukkan sebatang pisau kedalam perutnya
" tuan, lemparkanlah tubuh ini kedalam laut sebab aku tak pernah merasakannya ..."


ia pun menyelam kedalam ke dalam maut
dan aku melihat selembar kertas putih yang menggumpal
di kantongnya
bertuliskan bahwa ia menyusul orangtuanya

"terlalu sepi di dunia ini.."

4/27/10

Ingatlah Ini

lantai dua langit biru
aku melihat sekelompok burung

lantai dua bumi pertiwi
aku melihat segumpal emas bertebaran

dan di tengah tengah langit dan bumi
aku melihat manusia indonesia merayap
aku melihat para pengemis bergeletakan
aku melihat sampah mengambang
aku melihat selipan uang kotor di kantongnya

nyawa mereka...
masih ingat kah engkau?
darah mereka...
masih ingat kah engkau?

mereka yang di tusuk belati
yang di gempur musuh
dan mereka yang mati di garis depan
lupa???

tergantikah itu?
dihargaikah itu?
dimaknaikah itu?
dengan lomba 17agustus?
dengan hiasan hiasan sepeda 17agustus?

mereka mati
mereka menangis
mereka terkikis
mereka dihabisi

engkau membuang makna itu
engkau merobek perjuangan itu
engkau menginjak harga diri bangsa ...
lembaran angin itu ku coret
dengan gambar gambar kehidupanku
dan aku biasa bercakap
dengan semut semut merah yang sedang bekerja

bercerita bercengkrama
merajut cerita tentang dunia
merajut cerita tentang hidup
merajut cerita tentang cinta

dan dalam kanvas putih aku menggambar
menggambar idahnya dunia ini
seperti sayatan biola tua oleh sang tuan
melemparkan butiran merah darah

tak bermakna
tak di kenang

dan kupertegas tiang tiang
yang memisahkan kita berdua
bukan, itu bukan tiang kebencian
seperti anak sungai yang terbelah dua

lalu kupetik satu butir airmatamu
untuk menyuburkan tanah kuburku
dan sudikah engkau menghapus nama yang tertera di permukaan batu nisan ini?
menuliskannya kembali pada lembaran angin itu..

4/26/10

Kakek Tua

dan ia terjatuh dari atas genting
mengabadikan indahnya langit dalam sebuah kamera tua
tawa kecilnya keluar dengan muka malu
senyum simpulnya tampak pada wajah itu
gigi palsu itu lepas dari rahangnya
kulit keriput itu merah terhempas tanah
rambut putih itu ternoda lumpur cair

lalu ia melangkah masuk kedalam sarang
sambil tersenyum karena berhasil

memamerkan hasil jerih payahnya pada cucu nya
diletakan foto hitam putih itu di ruang tengah
lalu tertawa bersama keluarga hangatnya

menyelipkan bunga putih itu
disela telinga pasangan hidupnya
seakan menjadi abadi bersamanya
takkan terhapus
takkan terlupakan
akan saling mengenang

dan saling memandang, mengulang masa masa indah
yang masih berjalan bersama langkah mereka

dua tetes airmatanya jatuh
dengan senyum bolong itu,

ia pergi, ia telah pergi
menyelam kedalam tanah
mengambang di atas sana
tak kuasa ia menangis
menanti bersama kembali

4/24/10

Detik Akhir

tak kuasa ia menahan beban
ia menjatuhkan senjatanya
berseragam hijau
bersepatu hitam

lalu ia melemparkan airmata di tengah medan tempur
saat desing peluru berhaburan
saat dentum meriam menghantam bumi

kakinya panas
tertusuk peluru besi musuh di depan
berlutut ia pada tanah
lalu menghadap pada cakrawala
di tangannya ada sepuntung mawar merah bertangkai hijau
disimpan untuk kekasihnya
kata kata tak lagi bermakna
saat sebutir peluru lagi menusuk dada

terkapar diantara dua sisi
menjalin persahabatan dengan waktu
aku...
angin aku mencintainya
sampaikan itu, wahai angin
bumi aku takut
sampaikan kepadanya bahwa aku berani

lalu waktu berhenti sejenak menjelang kematian
darahnya berhenti mengalir
dan sepertinya itu adalah selamanya
semua diam
semua membeku
semua hitam
detik ahir hidup ini

aku buta?
aku mati.
aku mencintaimu
hingga kematian menjemput..

4/22/10

sandiwara

bedak tebal, lipstik merahnya
memperjelas bahwa ia berwajah seribu
wajahnya berkerut
menambah garis garis pucat wajahnya

lingkar merah di tangannya
merusak indah tubuhnya
ia berdiri disana, entah
entah ia menunggu
entah ia bersandiwara
entah ia bersukacita

lincah tangannya memainkan puntung rokok
yang ia hisap hingga kenyang
mempertanyakan hidupnya
yang mengambang bagai asap rokok
menutupi hidupnya dari dunia
tak melangkah tak dikenang
tak diingat tak dikenang

nikmati lirik lagu john lennon
"Imagine all the people Living life in peace"

lalu ia buang puntung rokok itu,
melangkah ke pada seorang lelaki
menjalani hari malamnya...

Kaki Kecil

koran pagi di jual malam
kaki mungil mengejar mimpi
menjajakan lembar koran pada setiap mobil
menanti uluran tangan pembeli
mengulurkan uang seribu rupiah

tak mengenal dan tak dikenal
tak berarti dan tak dikenang
bagai hembusan angin sore suram

tak berhenti hingga hari berahir
ia lelah, ia kotor
sakit kakinya tertusuk panas aspal jalan raya
muka mungil polos itu tertutup debu jalanan

ia merayap di trotoar
menanti hasil penjualan untuk bunda
yang menguras keringat di bar malam
menyusup diantara serigala kota besar
menjajakan raga diantara serigala itu

tangisnya terurai saat malam hari
anak itu mendengarnya,
tangis itu merobek telinganya
dan menusuk dunianya
ia berjalan teruntai untai
menuju bunda tercinta

"Ibu, aku menyayangimu"
mendekapnya dengan cinta kasih,
mendekapnya hingga perih itu hilang

4/20/10

Hilang

aku berjalan langkah demi langkah
jauh hingga tertutup garis bumi,
tersesat di atas bayangan mentari sore aku bertahan
melihat angin berlarian di sela sela langit
lincah..
tak beralur, tak teratur, tanpa perintah, bebas

lalu aku menyelam dalam malam
melihat mentari tersandung di depan
tak kuasa menahan dirinya

aku ingin pulang
anak hilang
di tengah tengah pasang
walau aku tak bersarang

lampu lampu genit bagai menarik orang
di pinggir jalan sela sela kota

aku bersila
menggaruk kepala
harus kemana?
tak tentu arah

mengambang di waktu malam
lupa jalan pulang
melihat sang bulan pucat di atas bayangan
peras airmata ku hingga kering
pada malam terang aku bersila
tak ada tujuan

dan jika aku mati disini
tuliskan namamu di atas batu nisan kuburku
agar mereka kematian tak menemukanmu
dan maukah engkau mengukir
eja namaku di pasir pantai utara

4/19/10

Ein

senyum simpul di wajahnya,
gigi besar dihias bibir tebalnya,
rambut lepekmu,
kelakuan anehmu,
canda garingmu,


kalian yang melangkah ke dalam hidupku
membawa berjuta warna dari kebun canda
membawa berjuta luka kehidupanku

dinding ini menjadi saksi bisu pertempuran besar dan menjadi saksi bisu persahabatan kekal
dan ingatan itu tak terkikis waktu,
tak tersentuh
tak ada yang bisa mengambilnya dariku
takkan ku biarkan

salah satu dari beberapa ingatan berhargaku
yang ku taruh di dalam jiwaku

Dua

ada sebuah zaman dimana aku tidak bernafas
tidak disebut mati dan tidak disebut hidup

saat aku berbentuk jiwa yang bebas
saat aku bisa menyelam ke pada malam
dan berteriak sekuatnya
melempar amarah pada cakrawala

lepas waktu sang cakrawala melukiskan indahnya dunia
melukiskan mentari di bawah mendekati tanah,
dan awan awan tersapu kepadanya
dan bintang berlarian mengejar mentari
membuat sang bulan terpana dibaliknya

lalu aku duduk,
memandangi lukisan itu dari kejauhan
tetes airmataku keluar tanpa sebab
jiwaku bergetar sekuat beban yang merayap di punggung ini
terpaku tubuhku tak bergerak
dan ia datang menghapiriku
memandangi indahnya lukisan itu bersama
lalu memeluk ku erat,
membunuh waktu di tempat itu

memandang beberapa butir airmata menempel di pipinya
sunyi, diam, tak ada suara
dentum jantungkupun melambat
nafaskupun tersela



hingga kanker mengambil alih raga ku...
dan malaikat tersenyum kepadaku...

4/17/10

???

Tuhan,
jika aku booleh bertanya, aku akan bertanya ini:

1. mengapa jari manusia ada lima?
2. mengapa bumi berputar?
3. mengapa aku memerlukan ayah?
4. mengapa Kau menciptakan aku?
5. apakah bentukmu?
6. apakah salah mencintai?
7. apakah kita harus tersiksa?
8. mengapa cinta itu sakit?
9. mengapa cinta tak bisa berhenti?
10. mengapa Kau menciptakan ingatan?
11. mengapa manusia diciptakan hanya dua?
12. mengapa aku pria?
13. mengapa dia wanita?
14. mengapa aku terus bertanya?
15. mengapa aku terus mencintai walau cinta itu sakit?

4/11/10

Ayah

malam ini menyantap beberapa protein dan sayuran sederhana
ditemani butir butiran nasi ini, dan tetesan air di gelas kaca
lilin menyinari beberapa sudut kamar dialasi dengan tiker anyam

keringatnya mengucur
dari kepala sampai kaki kerjanya siang hari
tak ada butir embun, tak ada siaran mentari tertutup tebing kota
sepagi ini sepanas neraka sepertinya mentari mendekat

ibu, mencuci helaian baju manusia
ayah, mengangkut beras di kios seberang tangan
anak, menelusuri jalan menawarkan nanyian sia sia yang menghasilkan uang

baju bajunya terselubung debu
wajah cantiknya terselubung debu
kakinya merayap di sela sela kota
merampas keberuntungan dari dunia

terbakar kulitnya
terbakar rambutnya
terbakar kakinya tak beralas

"ayah, mengapa mereka menaiki mobil? aku ingin"
"nak anakku sayang, dengarlah ratap ayahmu ini"
"ayah, mengapa mereka bersepatu kaca? aku ingin"
"nak anakku sayang, tataplah airmata ayahmu ini"

sang buah hati membunuh ayahnya dengan pertannyaan itu
sang buah hati yang masih tulus itu tak mengerti
"nak ayah akan belikan sepatu kacamu itu"

beberapa hari berlalu
beberapa bulan terlewati

"yah dimana sepatu itu? ayah sudah janji"
"anakku sayang, ayah takkan sanggup membeli mu sepatu itu"
"aku mau itu!" bentak anaknya dan pergi berlalu

esok harinya di pagi pagi buta selubung jakarta
terdapat sepasang sepatu indah, berkilau terang
sepatu itu sepatu kaca impiannya

"bu, dimana ayah?"
"nak, kelak kamu akan mengerti ayahmu sangat menyayangimu. ia menukarkan dirinya dengan sepasang sepatu itu"
senyum miris sang bunda dilengkapi air mata yang menatap senyum anaknya.

4/10/10

pucuk dunia telah bergema
untaian awan putih terlukis indah
dan jarum jam yang menari anggun

ia bersama
ia bertahan bersama mereka
ia menunggu sang pujaan melangkah hangat
melemparkan senyum simpulnya yang manis
merekayasa dunia

ia jenuh
ia bosan
lalu ia pergi membeli beberapa tetes air
semua sirna
jenuhnya sirna

membunuh waktu di sekitarnya menunggu kekasih
duduk di kolong pohon rindang seribu daun
melihat dua merpati yang berbagi cinta
"indah cinta itu indah" ucapnya dengan senyum

lalu,
seseorang menjumpainya
memberi surat berwarna putih
dibungkus warna biru
berisi

" sayangku, aku pergi"

4/9/10

cerita

jangkauan jarum jam detik yang menusuk mental
bisikan suaramu yang tak kunjung lenyap

menekankan bahwa hidup takkan lama
dan duniaku segera lenyap, habis

ya itu adalah kau,
semua siksaan hidupku
semua yang mengajariku bahwa hidup tak pernah adil

mencintai, adalah kesalahan terbesar dalam hidupku
dan "cinta" takkan berahir di kehidupan dunia
mencintaimu adalah siksaan terbesar dalam hidup ini

tak bisa berpaling
tak bisa memejamkan kedua mata ini
seakan kau adalah segalanya yang ada
seakan kau adalah putri yang turun menaiki cakrawala
bermahkota emas berkilauan sinar mentari
dan didalam cerita malam,
aku hanyalah salah satu dari seribu pengemis
dan bisa mendapatkan hati sang putri

tetapi ini dunia, sadarlah...
dengan bisa memandangmu dari kejauhan
aku merasa cukup.
karena "cinta" bukanlah sesuatu yang dapat dimiliki
karena "cinta" adalah sesuatu yang hanya bisa di pandang
"cinta" hanya dimiliki oleh orang yang suci hatinya, tulus

dan kurasa aku bukanlah orang itu
"cinta" membuat sesama manusia rela membunuh
membuat keributan antara dua negara
membuat beribu orang meninggalkan dunia

ya aku akan cukup jauh untuk memandangmu.

4/6/10

Diary Ikan Mas

tenggelam melayang
dibawah gelombang
diatas kerikil
mengambang airmatanya
mengambang harapannya

kilauan sisiknya menyinari rumahnya
biasan sinar mentari bertabrakan

lidahnya kering walau ia berlimpah air
sunyi, sunyi dunia menjelang kematian
berpaling ia dari sinar lampu itu

tak diharapkan ini terjadi
neraka seakan mendekap
surga seakan menjauh
dan dunia seakan terbelah


2-1-2010

hari ini majikanku terlambat memberiku makan, haduh sakit rasanya perut ini. ia sehabis bermain bola dengan temannya yang berbau busuk itu.

3-1-2010

kelaparan, perih, sakit, perutku tercabik, kosong. ia melupakan aku yang ia beli duabelas hari lalu.

4-1-2010

dunia bertambah gelap, dan aku menulis puisi terahirku.

terlalu banyak bicara untuk ikan mas yang sekarat ini.

4/5/10

Mawar Hitam Putih Sang Pejuang

di tengah lautan padi yang bergelombang
tergenggam sepuntung bunga mawar

tak bercorak merah, tak berhias mahkota
berwarna hitam, bertangkai putih

tak kunjung tiba saatnya untuk hidup kembali
melanjutkan sisa sisa perjuangannya
yang tak berasal dari surga, tak berhenti di bumi
dan tak berahir di neraka

tenggelam sunyi dalam mimpi padat yang tak kunjung bangun
terbujur kaku, tenggelam oleh tanah
yang tak bergerak dan tak bernafas

nafasnya hanyalah untuk negeri yang kelak hancur
darahnya hanyalah untuk sungai yang kelak kering
kekuatannya hanyalah untuk udara yang kelak hitam
dan dunia??
bukan untuk dunia ia bernafas

menunggu sang kekasih sepulang perang
menunggu memasangkan cincin pada jari pengantin

dan sekarang ia tenggelam
tak di hormati
mati

4/3/10

SPONGEBOB : what do you do usually when i'm gone?
PATRICK : wait for you to come back.

4/1/10

anak kecil

jalan setapak dalam gang gang kecil
bersama tiga anak kecil yang berlarian kesana kemari
sepulang sekolah
tanpa beban hidup di pundaknya ia berlari

pulang lah dia pada pintu rumah dari kayu
tapak langkahnya menuntun sayu dirinya
"Ibuu, aku pulangg!"
teriaknya kencang memanggil bundanya
"Ibuu..."
tak ada yang menjawab
sunyi di sela sela rumah kayu

"Buu?"
"Ibuuu dimana?"


kerut mukanya menandakan iya khawatir
detak jantungnya cepat,
"Ibuu"
dia berlari mencari
dia berlari menangis
kesana kemari tak tentu ia mencari, mencari
tetes air matanya semakin deras
seakan dunia akan kiamat...

"Bu.. "
ia menemukan Ibunya sedang terlelap di kamar mandi
dengan tubuh dingin


senyum simpulnya terpancar
"Bu, bangun Bu, jangan tidur di kamar mandi nanti ayah akan marah.."
Ibunya tetap sunyi, dingin
"Bu... bangun ini aku, anak Ibu"

lalu iya ikut berbaring di samping Ibunya
mengecup pipi dan keningnya, memeluk erat sang Bunda
mengambilkan kain selimut kesayangan Ibunya
dan membalut tubuh Ibu yang sedang tidur..
berbaring bersama bunda..

"Bu tadi aku dapet nilau bagus waktu tes..., Ibu pasti senang.."

dan
tak mengetahui bahwa Ibunya telah hilang dari dunia..
menuggunya di alam baka...

sahabat

Itulah dia, Tempat dimana aku bersandar, Tempat dimana aku mengungkapkan perasaanku
Inilah dia, Seseorang yang membuat ku bahagia, Dari tangisku hingga menjadi tawaku, Dialah penyemangat hidupku
Diatas bukit, Disaat kilatan sinar mentari melukis wajahnya, Aku bercerita tentangnya
Dialah yang menghela nafasku, Menjaga agar detak jantungku tetap berdetak, Menuntun jalanku agar tetap tertuju akan cita-citaku
Yang membuka mataku setiap paginya, Dan saat semuanya menebal, saat semuanya membeku
Merasakan tetesan air mataku, Dan mewarnai hidupku
Dialah inspirasiku, Bintang yang selalu kujaga dalam langit hatiku, Yang tak akan aku petik ataupun kulepas
Yang kerap beridiri disampingku, Kemanapun langkahku berjalan, Dimanapun aku berada, Dan dia selalu ada untukku
Ya dialah sahabatku


by : Rima , Ado

memori

duduk,
tak berarti diam
tetapi mengulang
mengulang masa masa indah saat kita bersama
menjelang malam saat sinar mentari membias diantara rambut rambut hitam mu
saat cahata mentari melesat lesat diantara seluk beluk canda tawa

canda tawa yang sangat berarti itu
tak perduli tempat dan waktu
mereka yang selalu hidup
mereka yang selalu berkarya dalam diriku
mereka yang selalu berbisik padaku
bahwa aku masih hidup

sebutir kata yang mereka lemparkan
tatapan mata yang mereka tuju
selalu berarti..

membuat dunia selalu indah untuk dijalani

melukiskan kenangan indah di sela sela umurku yang singkat


diriku takut,
takut akan kehilangan mereka
takut akan menjauh dari mereka
takut duniaku akan menjadi hitam putih
takut duniaku akan menjadi sunyi akan tawa yang mereka bawa

tapi mereka tak menghilang
hanya menjauh, menjauh dari waktu
mengapa waktu melukiskan jarak?
yang bisa membuat ku menjauh...

dan berdirilah aku pada sebuah jembatan renta
mengatakan semua hal ini yang tidak berarti baginya
hanya ditemani gemericik air sungai yang kotor
tanpa mereka...

wahai para dewa maukah kau membisikan padaku
mengapa kau membuat ingatan pada manusia...

3/31/10

woman: I don't want you to die.
man: That's the most beautiful thing you could have ever given me.

3/30/10

menangis

Jika wanita menangis di hadapan mu,
Itu berarti dia tak dapat menahan nya lagi

Jika kamu memegang tangan nya saat dia menangis,
Dia akan tinggal bersama mu sepanjang hidup mu

Jika kamu membiarkan nya pergi,
Dia tidak akan pernah kembali lagi menjadi diri nya yang dulu
Selamanya..............


Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Kecuali di depan orang yang amat dia sayangi
Dia menjadi lemah

Seorang wanita tidak akan menangis dengan mudah,
Hanya jika dia sangat menyayangi mu,
Dia akan menurunkan rasa egois nya


Lelaki,
Jika seorang wanita pernah menangis karena mu,
Tolong pegang tangan nya dengan pengertian

Dia adalah orang yang akan tetap bersama mu sepanjang hidup mu

Lelaki,
Jika seorang wanita menangis karena mu,
Tolong jangan menyia-nyiakan nya

Mungkin karena keputusan mu,
Kau merusak kehidupan nya


Saat dia menangis di depan mu,
Saat dia menangis karena mu,

Lihat lah mata nya........

Dapat kah kau lihat dan rasakan sakit yang dirasakan nya?


Pikirkan...........

Wanita mana lagikah yang akan menangis dengan murni, penuh rasa sayang,
Di depan mu dan karena mu......

Dia menangis bukan karena dia lemah
Dia menangis bukan karena dia menginginkan simpati atau rasa kasihan

Dia menangis,
Karena menangis dengan diam tidak lah memungkinkan lagi


Lelaki,

Pikirkanlah tentang hal itu

Jika seorang wanita menangisi hati nya untuk mu,
Dan semua nya karena diri mu

Ini lah waktu nya untuk melihat apa yang telah kau lakukan untuk nya,
Hanya kau yang tahu jawaban nya

Pertimbangkanlah


Karena suatu hari nanti
Mungkin akan terlambat untuk menyesal,
Mungkin akan terlambat untuk mengatakan "MAAF!"


Dan semua nya akan terasa berarti saat kamu kehilangan semua nya. Semua yang sangat berarti untuk mu tapi kau tidak menyadari nya. Bahkan kau hanya menyia-nyiakan nya.


ksks.

3/25/10

untuk mereka

yang selalu merusak hariku
yang selalu membuatku dengki
yang selalu mewarnai hariku
yang selalu membuatku merasa berarti
yang membangunkan diriku dari tidur
yang menjadi bintang pada malamku dan mentari pada hariku

untuk mereka
setiap nafas yang ku hela, setiap saat yang ku kedip
mereka yang melangkah pada hidupku,
meninggalkan jejak tuk diingat
jejak yang kian kuat
jejak yang kian kuat untuk menjaga jantungku tetap bernafas

dan saat duniaku berahir, menggelap
mereka adalah sinarku

setiap hari yang ku lalui bersama mereka
setiap detak jam yang ku habiskan bersama mereka

dan jika aku mempunyai satu permintaan
aku akan meminta seribu permintaan untuk membuat mereka bahagia

3/20/10

Bunda

ia yang mengawali harinya dengan ku yang masih terlelap,
mengelus tempurung kepalaku dengan tangannya yang halus
cantik wajahnya yang membangunkanku
wajahnya yang akan nampak disetiap pagi yang aku jalani

langkah kecilku yang berusaha mengejarnya di dalam rumah
tawaku yang mengundang senyumnya, indah...
lalu ia memberikan sebuah botol berwarna biru bercorak hijau
botol minum favoritku, lalu ia memasukan susu bubuk ke dalamnya
membiarkan aku menghisap dari botol itu yang iya beli dengan setiap tetes keringatnya

terkadang ia marah padaku,
terkadang ia membuat aku meneteskan airmata dan memerahkan muka ku
hingga langkah ini melangkah padanya memohon maaf dengan air mata

dengan kuat tangannya iya menggendongku
kesana kemari tanpa tujuan, membuatku nyaman merasakan hadirnya dia
cerita kancilnya yang temani aku tidur, nyanyiannya yang menutup mataku

ialah yang membuatku bertahan dalam tidur lelapku
ialah yang mengecup dahiku setiap pagi saat mentari terbit

tiap tetesan airmatanya adalah neraka bagiku,
tiap keluhnya adalah perintah bagiku,
tiap tawanya adalah pujian bagiku...

3/19/10

kepada kau disana yang tak akan tercapai olehku

mungkin aku hanyalah batu
mungkin kenidupan ini tak memberi sela sela butiran ini

peluklah aku karena membutuhkan engkau
bersandarlah, bersandarlah hingga mentari padam, hingga dunia terlelap
karena kau nafasku
setiap kata kata yang membuatku tersenyum
setiap hela nafasmu yang berbisik ditelingaku
dan dunia seakan membisu, menghangat

inilah puisiku
puisi yang tak akan tersampai padamu
puisi yang bahkan tak akan membuatmu tersenyum
cerita yang kuceritakan tanpamu di sisiku
berlatar belakang dunia yang palsu


dan semua hanyalah asap kelam yang membimbingku tidur
ceritaku yang ku rangkai untuk menghibur jiwaku yang kesepian

3/18/10

Kelabu

saat dunia hitam berhenti dan saat dunia putih membatu
saat seutas tali bukanlah tembok yang kuat
diantara hitam dan putih, kelabu menyiarkan berjuta kesedihan
dan berjuta kesucian

batu,
semua membatu seakan semua telah mati
dan mereka merobek robek dunia
lalu,
mengalirlah putih di dalam si hitam
menjalar si putih di dalam si hitam

mereka bertemu, jembatan tua
mereka merasa dunia hampa dan dialah isinya
warna yang abadi dan terus setia

dan sebuah jembatan tua deimana mereka biasa bertemu menjadi kelabu
memandang bintang yang putih diantara langit malam yang gelap
lalu satu warna dari mereka berkata "aku mencintaimu hitam.., tetapi aku hanyalah putih yang tak bisa menjadi hitam" termenung mereka di sudut jembatan tua itu
"jadilah separuh dari diriku cintaku.... warna kelabu" kata si hitam

jembatan tua itu menjadi bisu
saksi buta dimana kedua pasangan menjadi satu
"sekarang kita sama setelah kematian maupun sebelum kematian"

3/11/10

Pensil

Serpihan batu hitam yang tercetak rapuh di atas secarik kertas
menumpahkan hatinya dalam lembaran putih bergaris merah
gores gores lukis setiap perasaan, gores gores kata yang terpendam
menekan pikiran menjadi kata
menekan kata menjadi kalimat
dan menekan kalimat menjadi paragraf


dengan gerakan indah ia menari nari diatas kertas itu
setiap pemiliknya adalah seniman
walau yang ia gambar hanyalah benang kusut berukuran 3 milimeter
atau anak kecil yang merusak gambar ayahnya

saat saat terahir si pensil menjadi kecil dan tumpul
saat saat terahir si pensil menjadi tabu

selama ini ia hanya mencoba melukiskan, menggambarkan aapa yang mereka maksud
kata kata terahir yang dilukis pensil
adalah "terimakasih..".

"A Plateful Of Our Dead"

Don't ever ask us to define our morals
Sometimes when fundamentals meet teenage heartbreak
Some of us are all of us; half-selves that love whole hopes
And hara-kiri heartbreak

There's almost nothing worse than never being real
Strained voices crying wolf when nobody can hear
If I had a gun I'd pump your ethics full of lead
If I believed in meat I'd eat a plateful of our dead

There's merit in construction when it's done with your own hands
There's beauty in destruction, resurrection, another chance
There's a you and I in union but just an I in my beliefs
There's a crashing plane with a banner that reads everyone's naïve

The only proof that I have that we shot and killed this horse

Is the sounds of whips on flesh and a bleeding heart remorse
When I'm In this state of reflection and you hand me whips
And two by fours I could never bring them down and beat the same horse as before

I'd rather kill a stupid flower and spread its seeds around
Until a garden with our bullet-laden morals will be found



PTH
Duaribu sepuluh tahun manusia berbicara dan tiga anak kecil mendengarkan
tentang semua keluh kesalnya manusia tentang hidup
tentang wanita yang ia cintai sepenuhnya hidup dan mati, dan tentang waktu yang sempat mereka lalui bersama dibumi. saat tawa, senang, mecurahkan isi hati, tetapi sang pria belum sempat menyatakan cintanya"

ketika mereka mendengarkan jatuhlah airmata sang manusia
yang menetes di bahu kiri seorang anak berbaju hitam

"ia sempurna, iya sempurna secara dunia dan surga. bodohnya aku menyianyiakan waktu"
manusia berkata pada tiga anak kecil, yang mendengarkan"ia memang sempurna, tapi waktu tak mengijinkan dan kematian membawanya secara tiba tiba dari kehidupanku"

"hai manusia mengapa kau menangis? tidakah kau puas dengan banyaknya wanita di bumi ini?" kata seorang anak. "tidak, hanya dia yang ku mau, mengapa kalian mengambilnya?"

dan satu anak menjawab "aku telah memisahkan engkau dengan potongan daging di roh mu, dan telah membebaskan dia dari kesempatan melebarkan dosa".

lalu anak lain menjawab "ya telah ia membebaskan dia dari dosa dan aku tak akan membiarkan ia lahir dengan raga manusia, aku akan membiarkan ia menunggumu diatas cakrawala"

lalu pergilah ke-tiga anak kecil itu dan mulai menghancurkan manusia lain dan mereka semua berkata "kau akan bertemunya karena kami merestuimu".

saat dunia hancur tinggalah manusia lelaki itu sendirian di bumi lalu terbentuklah manusia dari kolong langit yang ia dambakan itu tinggal di sebuah taman..

"Hawa..."

3/10/10

sekaya apapun dirimu
sekuat apapun dirimu
seberapapun dirimu berkuasa
tak akan bisa membeli, walau hanya sebutir

tak akan berarti semua itu
mencangkup kasih dan erat.

halusinasi, pernah ku berhalusinansi
denganmu di pelukanku
denganmu yang ku peluk erat dengan nafas dunia yang ku hirup
halusinasi, dengan setiap kecupan yang kau beri
dan setiap senyum yang kau lempar
halusinasi

yang berarti tak akan terjadi di dunia apapun,...
dan diriku yang berupa sepotong daging bernafas

inilah hidupku inilah puisiku yang berupa kata kata halusinasi
dan kenyataan bukanlah temanku

3/8/10

Roda Sepeda Tua

berputar, berputar
berputar

tiada henti, hingga sang majikan lelah
riada keluh, hingga sang majikan berteduh

berkulit hitam botak, bertungkai besi berkarat
"kreek kreek" tangisnya yang membuat majikannya kecewa
yang menandakan sepeda itu lelah

Tuan hentikan! hentikan!
panas muai si aspal yang membakar kulitnya

ketika hujan menghantam sang bumi
licin, licin jalannya
dan kerikil batu yang terus menusuk
dan semua yang bisa ia hirup hanyalah kekejaman


"jikalau semua di buat untuk di rusak, wahai Sang Kuasa hancurkanlah aku"
dan merintihlah ia si ban tua yang botak
seketika itu sang majikan mendengar rintihnya yang mengelegar
dan mengangkatnya pada tukang tambal yang akan menggantikan dirinya
diganti dengan ban baru berbadan tebal berwarna hitam


dan Sang Majikan kembali memutar roda siksanya...

3/6/10

?

cinta?
apakah itu?
bisakah dijelaskan dengan logika?
bisakah dijelaskan secara biologis?
dan bisakah dijelaskan secara ilmiah?

apa itu sesuatu yang dingin? panas?
apa bentuknya?
bisakah Darwin menjelaskan? atau Einstein merumuskanya?
apakah selalu seperti di film yang berbentuk merah bergambar hati?
berpakah luasnya?
berapakah panjangnya?
bisakah dihitung dengan mikrometer atau dengan penggaris?
seberapa luaskah ia sehingga semua membicarakanya?

mereka bilang dunia tidak cukup luas untuk cinta
bahkan mereka bisa tenggelam di dalamnya
mereka bilang cinta tak akan bisa di jual

bagai melayang ke cakrawala rasanya, bagai surga rasanya
puncak dari kehidupan rasanya


semua itu benar adanya?
bolehkah aku merasakan sebagian cintamu agar bisa merasakan cinta...

3/5/10

Pemimpin ?

Di kursi empuk lengkap dengan pemanas pantatnya
terpajang komputer canggih di atas mejanya
dan cangkir keramik kopi panas yang diukir begitu indahnya
Kedua kakinya diangkat di atas meja menyilang dengan sepatunya yang mengkilap
di luar sana sudah ada supir pribadi lengkap dengan mobil mewahnya

Mereka terpajang di media masa padahal bukan selebritis
mereka mentertawai sesama di rapat besar padahal bukan pelawak

ini Indonesia, kenyataan

Anak Penambal Ban

Ia mengelusnya dengan kasih
Ia mengecupnya dengan harapan hidupnya
dielapnya keringat yang menempel pada mukanya yang seakan membuat hidupnya susah
langkahnya yang beralaskan sandal karet diatas kubang air di setiap bolong jalanan
untuk memberi setiap nafas pada anak tunggalnya
dan menyuapkan setiap butir nasi pada istrinya

dibakar mentari, dirangkul angin
tetap teguh demi anak istrinya yang berharap setiap detiknya

Sang Ayah dan Bunda berharap bahwa kelak mereka akan melakukan ibadah Haji bersama
berjubah putih mengelilingi pusat tatasurya


harapan, dan kenyataanya hanya ada Ayahnya yang berlumuran oli

3/4/10

Penggalan Nyata

Cermin, apakah kau yakin itu adalah bayangan dari yang hidup?
Cermin, bagaimana bila bukan bayangan
Bagaimana jika mempunyai pikiran dan selama ini adalah jati diri setiap orang yang bercermin
Bagaimana jika adalah kehidupan di dalamnya? dan jenuh atas ke egoisan manusia yang memandang tinggi dirinya di depan cermin
Bagaimana jika iya bisa menarikmu dan menjadikanmu bayanganya dan merasakan keegoisanmu?
Bagaimana jika mereka terkekang dengan kehidupan nyata sehingga memasuki dunia cermin?
jika mereka adalah sepenggal jiwa dari kehidupan nyata yang terbengkalai
siapa tahu?

3/3/10

Kepada Kau yang disana, yang tak akan tercapai olehku

aku ingin menjadi angin agar bisa tetap menjagamu
aku ingin menjadi mentari agar bisa terus menatapmu
aku ingin menjadi bulan agar bisa mengintip mimpimu
saat dunia terlelap, aku akan menatapmu

ia, ini adalah omongkosong ku
ia, ini adalah rakaysa semata

rekayasa yang di ambil dari jiwaku yang sedang jatuh cinta
saat berjuta rasa menerjang, inilah omongkosongku

adalah suaramu yang menjaga senyumku
adalah tawamu yang membuatku tetap bernafas
dan adalah tangismu yang membuat jantungku ...

Negara Minus Nurani

...
benderanya berkibar
...
pemainya tertawa

setiap pimpinanya yang dahulu dianggap putra sang cakrawala
gawat! ini gawat! si semar berteriak
karena setiap jengkal negerinya terkikis
hari esok selalu terancam pada setiap warga miskinya
tidak terpikir bagaimana ia akan mengais apa
tetapi berpikir bagaimana akan bernafas pada esok pagi
kepada mereka yang hidup di kolong jembatan

sedih, sedih hidupnya
yang tersiksa diantara belukar kota

3/2/10

satu neraka

Biarlah Ia menyakitiku, selama itu membuatnya bahagia
kuberikan hak sepenuhnya untuk menyakiti
dan kuberikan hak sepenuhnya untuk dimaafkan

berjuta orang, berjuta dosa
berjuta negara, berjuta sakit
satu bumi, satu neraka
satu bumi, satu surga
dunia tidak menghitung, manusia tidak menghitung
mereka dan kami...

sesaat maaf, sesaat perih
saat dunia bosan, Ia akan menelan semua, semua...

2/28/10

omong kosong

Tataplah matanya yang akan membawamu terbang
sehingga kata kata tak bisa menggambarkanya
dan kuas tak bisa menari diatas sang kanvas
Kupendam perasaan ini, mencoba agar tidak meledak
Kupendam karena dirinya susah untuk menerimaku

Kan kuhitung pasir dipantai tuk membuktikanya
Kan kubendung hujan tuk membuktikanya
hanya dalam halaman dunia maya aku bisa berbicara
hanya dalam layar monitor aku berbicara

Mungkin hanya disini
mungkin hanya sebatas "melihat" caraku mengaguminya
tak lebih, Kahil Gibran pun tak akan mengerti
Caraku mencintainya, biarlah..

jika ia "mau" membaca halam ini, mungkin ini hanyalah omong kosong buatnya.
ku tak bisa menulis lagi, karena terlalu banyak kata kata...

2/26/10

Bapak Tua

mentari bersinar, angin mendesir
dunia melebar, kuasa menyempit
bukalah matamu pada hari ini dunia menunggu
tanah membisu seakan ingin di jelajahi
..............

dengar keduabelas elang pemburu siap memangsa
dengar keduapuluh malaikat pencabut nyawa
ditengah hutan beton, diantara semak kehidupan
hidupnya indah bersama paculnya yang mengais dunia
dihitung setiap keringat yang Ia teteskan, memastikan tak ada yang sia-sia
bolong sendalnya dimakan tikus sebesar dewan negara
bukan! bukan uang yang Ia mau!!
jika di bahas, satu atau dua minggu pasti akan terbenam

istri satu, anak tiga menuggu dirumah. menanti ayahnya pulang selamat
rumah gubuk beralas tanahpun Ia tidak mengeluh
retak kakinya melintasi dunia ini walau Ia dianggap telah mati
mengadah wajahnya pada cakrawala, memohon keberuntungan akan jatuh.




2/25/10

Fernando Diroatmodjo

anak kecil yang tak ingin menjadi dewasa,
yang takut menghadapi waktu dan merasa nyaman dengan dunianya

dengan muka tengilnya iya bermain mengitari dunia dengan sepeda roda empat
tawanya, senyum nakal dihiasi dua gigi yang bolong di depan
bukan hal yang mudah menghadapi dunia, rambutnya yang bergelombang tertiup angin...

anak kecil yang menagis ketika mainanya hilang
anak kecil yang akan tersenyum jika di manja
langkah kecilnya mengadapi dunia, senyum giginya di depan dunia

2/20/10

Akulah Raja


dingin malamku, diatas aspal trotoar ibukota
ditemani beberapa anak seusiaku, becelana pendek berbaju kaos
indah bajuku, dihias debu kotor ibukota
indah rumahku di bawah jembatan mobil mewah
mewah makanku dari sedekah tiap manusia
butiran nasi itu, tetesan air itu..
semua adalah ...

ini duniaku, disini aku adalah rajanya
disini aku adalah bosnya
di kolong jembatan, di atas debu aspal
di bawah tangan besar dewan negara

bukan surga atau neraka

Manusia yang terjebak dilautan padi
aku bisa mendengar, mendengar tangismu
tapi hanya bisa mendengar...
tangisan yang merobek telingaku...

aku bisa melihat, melihat retak tanahmu
tapi ini dunia bukanlah surga ataupun neraka
dunia membeku walau kucoba menyentuhmu
dunia menghitam sehitam jalanku, ia tahu puisiku hitam
sehitam dan sekental darahku
dunia membuta sebuta kota tua
dimana mawar tak lagi bermakana
dan cinta tak lagi berbicara...